Pages

29 December 2008

BUKU AKUNTANSI SYARIAH BARU: In Progress

break news,

Insya Allah saya akan menerbitkan buku AKUNTANSI SYARIAH: Teori, Konsep Dasar dan Laporan Keuangan, terbitan E-Publishing Company Jakarta. Launching perdana rencananya akan dilaksanakan Awal Pebruari 2009 bersamaan dengan pendirian lembaga think-thank ekonomi Islam, Center for Islamic Studies in Finances, Economics and Development (CISFED) di Jakarta.

Buku kedua tersebut akan melengkapi gagasan-gagasan awal saya mengenai perlunya Akuntansi Islam atau Akuntansi Syariah yang memiliki Koeksistensi Universalitas Islam dan Keindonesiaan. Secara umum buku baru ini merupakan jawaban atas pertanyaan mendasar:

"Apakah akuntansi Islam atau juga biasa disebut akuntansi syariah memang memiliki jiwa asalinya, memiliki jiwa universal sekaligus lokal?"

Universalitas berkenaan dengan akuntansi merupakan bangunan keilmuan yang diturunkan dari nilai nilai universal Islam. Sedangkan Lokalitas berkenaan dengan akuntansi sebagai ilmu tidak mungkin bebas nilai, lepas dari nilai-nilai budaya, religius, etis dan lokal. 

Dalam buku tersebut akan diperlihatkan secara utuh bahwa aspek budaya, sosial, religius, etis, dan loikal sangat mempengaruhi bentuk dan "taste" akuntansi yang memiliki koeksistensi nilai universalitas Islam sekaligus nilai lokal khas Indonesia. Akuntansi syariah ber-"jiwa" universal sekaligus lokal tak dapat dipungkiri telah menjadi potret differensiasi atas akuntansi Barat yang selama ini selalu dan "sengaja" dipaksakan sebagai bebas nilai dan dapat digunakan dimanapun akuntansi diterapkan. 

Buku Kedua Akuntansi Syariah ini akan memunculkan gagasan-gagasan baru. Gagasan tersebut mulai dari tujuan akuntansi syariah, konsep dasar teoritis akuntansi syariah, tujuan laporan keuangan akuntansi syariah, prinsip-prinsip dan karakter laporan keuangan syariah, sampai dengan bentuk laporan keuangan syariah yang saya sebut sebagai TRILOGI LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. 

wassalam

ajidedim@gmail.com

13 December 2008

HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL = NEOKOLONIALISME?

Berikut adalah kesimpulan dampak globalisasi pada harmonisasi akuntansi internasional yang saya kutip dari tulisan Diaconu Paul, Lecturer di Academy of Economic Studies Bucharest yang berjudul Impact of Globalization on International Accounting Harmonization (http://ssrn.com/abstract=958478):

“USA is also involved in developing international accounting standards with IASB (International Accounting Standard Board, added). Most of the countries which trade with USA prepare their accounts according to US GAAP this in turn makes US GAAP accepted not only in USA but in other countries as well. As USA being the biggest and the strongest economy in the world and its ability to control a large part of the capital market poses a great challenge for the IASB because the companies in USA using IAS (International Accounting Standards, added) issued by the IASB need reconciliation with the US GAAP. This implies that IAS cannot be adopted without the approval of FASB (Financial Accounting Standards Board, added). Furthermore IASB will have difficulties in refusing the proposals made by USA because of its heavy involvement. This will hinder the harmonization of account standards. One can argue that countries, which are economycally superior to other countries, will have their way out in setting the international accounting standards.”

Kalau diartikan secara bebas kesimpulan di atas mungkin gini:

Amerika Serikat juga terlibat dalam pengembangan standar akuntansi internasional dengan IASB. Banyak negara yang melakukan perdagangan dengan USA mempersiapkan akuntansi mereka yang sesuai dengan US GAAP atau Pedoman Akuntasi Berterima Umum di Amerika Serikat, yang hal ini berdampak pula pada penerimaan US GAAP tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain yang berhubungan dengannya. USA sebagai negara yang secara ekonomi memang kuat dan besar di dunia dan kemampuannya untuk mengendalikan sebagian besar capital market posisinya sangat kuat terhadap perubahan IASB karena perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat memang menggunakan Standar Akuntansi Internasional dari IASB dan perlu direkonsiliasi dengan US GAAP. Dampaknya jelas, IAS tidak dapat diadopsi tanpa persetujuan dari FASB. Terlebih lagi IASB akan kesulitas menolak usulan dari Amerika Serikat karena keterlibatan yang sangat kuat. Hal ini pula yang menghambat harmonisasi standar akuntansi. Dapat pula diartikan di sini bahwa negara yang secara ekonomi memiliki superioritas terhadap negara lain, akan melakukan setting terhadap standar akuntansi internasional.

Jadi, gimana? Kita termasuk negara yang secara ekonomi superior atau inferior? Kalo ternyata kita secara ekonomi harus tergantung pada negara-negara lain, terutama USA dan Eropa yang superior, maka artinya harmonisasi akuntansi adalah bentuk neokolonialisme lewat globalisasi ekonomi atau neoliberalisme ekonomi……? gitu gak ya? Silakan jawab deh para standard setter di Indonesia atau para akuntan kita… :D